Pengertian Pedagogi
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk
pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat
dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi
mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan
dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang
dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya adalah aliran
pemikiran Sokrates.
Uraian dengan menggunakan buku pedagogi karangan Prof.Dr.
Sudarwan Danim
Seni dan Ilmu mengajar
1.
Mempelajari dan
mentransformasikan
Sesuai dengan defenisi pedagogi
diatas dan dihubungkan dengan buku pegangan maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu
mengajar bisa dipelajari dan tidak terbatas bagi kalangan manapun yang ini
mempelajarinya. Sedangkan seni mengajar sendiri hanya dapat dilihat ketika
proses belajar-mengajar berlangsung. Belajar merupakan sebuah seni yang
merupakan aktivitas membantu yang dilakukan seseorang kepada yang lainnya.
Pengajar diharapkan mampu mentransfer pengetahuan yang ia miliki lewat seni
mengajar yang ia tampilkan. Sehingga dari poin ini dapat disimpulkan bahwa,
pengajar yang baik merupakan pengajar yang memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam mentransfer pengetahuannya lewat belajar yang berdimensi seni.
2.
Hubungan Pikiran
Cara pengajar memandu dan
menyampaikan maksudnya dengan seni mengajar yang baik akan memudahkan proses
belajar mengajar dan menjadikannya lebih efektif. Strategi mengajar yang baik adalah hubungan
dua arah dimana pengajar tetap memegang peranan penting namun bukan berarti
siswa harus menjdai pasif. Pedagogi yang baik adalah ketika pengajar mampu
menghubungkan pikiran nya dengan siswa didiknya dan siswa didik yang satu
dengan yang lainnya. Pengajar yang baik adalah pengajar yang mampu menyatukan perbedaan bukan menyamakan perbedaan. Karena dengan
keberagaman pikiran maka suatu masalah atau beban tugas akan mudah dihadapi
oleh siswa. Seperti diibaratkan dengan kelompok band. Ketika seluruh personil
bermain alat musik yang sama, maka musik yang dihasilkan akan terasa hambar.
Namun ketika sesorang menjadi vokalis, seorang lagi menjadi pemain bass,
seorang lainnya menjadi pemain drum, maka musik yang dihasilkan akan lebih
menarik dan berkualitas. Begitu juga dengan belajar. Oleh karena itu, pengajar
yang baik haruslah mampu membuat pedagogi yang baik agar pikiran yang satu
dengan yang lainnya dapat terhubung.
3.
Seni, ilmu, dan profesi
Sesungguhnya mengajar merupakan
gabungan dari seni, ilmu dan profesi. Mengajar dapat dikatakan sebuah seni,
sebuah proses pentransferan ilmu dan panggilan jiwa. Kombinasi antara ketiganya
begitu diperlukan agar menghasilkan harmoni yang berefek baik pada proses
belajar mengajar itu sendiri.
4.
Pengajar yang cerdas
Proses belajar mengajar yang
baik sesungguhnya begitu bergantung pada pengajarnya sendiri. Cerdas tidak
selalu harus diidentikkan dengan “pintar”. Karena pintar tidak hanya sebagai
modal utama namun haruslah bijak, kreatif, mampu melihat peluang, hal itu dapat
disimpulkan dengan cerdas. Pengajar yang cerdas pasti
dianggap baik oleh siswa didiknya. Salah satu contoh sikap baik dalam mengajar
adalah mengahapal semua nama-nama muridnya, memperhatikan setiap keluhan siswa
didik dan memberikan respon, menolak tindakan sarkastik dan hal-hal lainnya.
Karena ketika seorang pengajar “cerdas” maka hal itu akan memudahkan proses
belajar-mengajar.
Dengan demikian jelas bahwa seorang pengajar yang baik adalah seorang
“seniman” yang baik pula :)
Tabel Perbandingan
realita semasa seolah dengan teori
Semasa Sekolah Dasar (SD)
|
Teori
|
Fenomena
yang saya dapatkan dan saya ingat kembali sewaktu saya berada disekolah dasar
adalah guru-gurunya “pilih kasih”. Mereka jelas-jelas memperlihatkan
diskriminasi mereka. Mereka berbeda dalam cara perlakuan tergantung dari
latar belakang siswanya.
|
Pengajar
yang baik harusnya pengajar yang cerdas.
Sesuai degan teori bahwa pengajar harusnya berteman baik dengan siswa
didiknya dan menekankan hal-hal positif tetapi berlaku untuk semua siswa
didik bukan untuk peorrangan.
|
Fenomena
selanjutnya yang saya dapatkan di SD saya adalah ketika saya SD, para tim
pengajar masih menggunakan cara mengajar kuno dengan menggunakan ‘kekerasan’
sebagai embel-embel ‘ketegasan’.
|
Hal
yang perlu diperhatikan adalah pengajar yang baik menggunakan seni bukan kekerasan. Pengajar yang
baik memainkan peran yang baik dan cara mendidik yang baik tetapi bukan
dengan kekerasan.
|
Fenomena
terakhir yang saya angkat adalah banyak pengajar yang tidak mampu
mentransformasikan pengetahuannya kepada siswa didiknya.
|
Pengajar
yang baik adalah pengajar yang mampu mentransfer pengetahuannya, jadi jika
pengajar tidak mampu mentransfer pengetahuannya maka dia bukanlah pengajar
yang baik dan ideal.
|
Pada kenyataannya, masih
banyak dijumpai pengajar yang serupa dengan fenomena diatas. Oleh karena itu,
bagi siapapun, kelak kita mengemban tugas untuk mengajar. Tak terbatas, baik
mengajar sepupu, anak-anak kita, oranglain, maka perlakukanlah mereka seperti
apa yang ingin oranglain perlakukan pada kita. Baiklah hal-hal seperti
kekerasan dan diskriminasi menjadi tanggung jawab kita untuk menghilangkannya
demi generasi yang sehat mental, pikiran, dan jiwa. Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar