yay!

Minggu, 14 April 2013


LAPORAN HASIL WAWANCARA

BAB 1
Pendahuluan

Pada masa sekarang ini, semua hal menuntut kita untuk lebih hebat lagi. Begitu juga dengan sumber daya manusia yang dihasilkan. Oleh karena itu pendidik dan anak didik menjadi hal yang patut diperhatikan. Pendidikan dimulai sejak anak berusia dini, maka itu pendidikan mereka menjadi tanggung jawab sekitarnya sama halnya dengan pendidik. Pendidik harus menciptakan situasi dimana timbul minat belajar pada anak didik. Seni dan ilmu mengajar pada anak-anak pun menjadi penting. Hal itu disebut juga dengan pedagogi.
Pemahaman guru atas seni dan ilmu mendidik (pedagogi) merupakan bagian dari pengembangan profesionalisme baik bagi pendidik maupun anak didik nantinya. Guru yang tidak tahu atau kurang memahami ilmu mendidik akan memberlakukan peserta didik sebagai objek pendidikan, bukan sebagai subjek pendidikan. Tanpa memahami pedagogi, guru akan kering dalam mengembangkan materi pembelajaran. Peningkatan kompetensi pedagogik  guru akan menghindarkan kegiatan pembelajaran bersifat monoton, tidak disukai siswa dan membuat siswa kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Kompetensi pedagogik  merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran  yang mendidik. Hal ini berhubungan erat dengan keputusan siswa untuk belajar lebih giat dan bermakna kepada guru bersangkutan lantaran pengalaman belajar  yang berkesan.
          Saat ini banyak fenomena mengenai pendidikan yang terjadi. Banyak kekurangan yang terjadi didalam proses mendidik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka tujuan dari wawancara ini adalah melihat dan menganalisis hal-hal apa yang menjadi kendala dalam proses mendidik. Oleh karena pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar untuk anak-anak, maka penulis mengambil subjek yaitu seorang guru SMP pada sebuah sekolah negeri di sumatera utara.

BAB II
Hasil Wawancara

Identitas Guru
Nama/Inisial              :       D.M
Lama mengajar          :       1988-2013 (sudah sertifikasi)
Tanggal wawancara    :       Minggu, 07-04-2013
Lokasi wawancara     :       Kediaman subjek. Medan, Sumatera utara

Verbatim Wawancara
*    Pandangan guru tentang pendidikan
Saya
Menurut anda apa yang dimaksud dengan mendidik?
Subjek
Mendidik adalah tentang mengajarkan sesuatu yang belum diketahui agar pemahaman berubah dari yang tidak tahu menjadi tahu.
            Saya
Menurut anda siapakah yang berperan dalam mendidik?
            Subjek
Orangtua dan Guru
            Saya
Hal-hal apa sajakah yang menurut anda perlu diperhatikan dalam mendidik?
            Subjek
Hmm, menurut saya hal seperti kepribadian, asal-usul serta kondisi sosial juga harus diperhatikan.
            Saya
Lalu, apakah anda sudah memperhatikan hal-hal tersebut?
            Subjek
Saya merupakan seorang wali kelas, dan hal-hal tersebut kurang      lebih sudah saya perhatikan dalam kelas bimbingan saya.
            Saya
            Baik, kita lanjut kepertanyaan berikutnya

*    Motivasi yang mendasari pendidik
Saya
Apa hal-hal yang hendak dicapai dalam mendidik?
Subjek
Mencerdaskan anak-anak didik khususnya dalam mata pelajaran yang saya ajarkan yaitu Matematika.
Saya
Apa hal-hal yang menurut anda sulit dicapai?
Subjek
Kesulitan yang sering saya alami adalah sulitnya menciptakan daya tarik khususnya pada mata pelajaran ini.
Saya
Ooo iya.. Lantas apa hal yang membuat anda ingin melakukan hal itu?
Subjek
Saya tahu kalau matematika bukanlah pelajaran mudah. Oleh karena itu, saya ingin membantu mereka untuk mengatasi matematika  menjadi sebuah hal yang mudah. Saya ingin menciptakan anak-anak  indonesia mencintai matematika, salah satu cara ya lewat mereka.
Saya
Apa komitmen anda akan hal itu?
Subjek
Saya berkomitmen bahwa saya akan berusaha sekuat yang saya bisa demi hal itu.
Saya
Baik, terimakasih atas jawaban-jawabannya, kita lanjutkan kepertanyaan berikutnya...

*    Sudut pandang dalam melihat peserta didik

            Saya
            Pertanyaan pertama. guru mengajar dan tugas siswa?
            Subjek
            mendengarkan.
            Saya
            Guru mengetahui segalanya dan tugas siswa?
            Subjek
            Juga harus tau.
            Saya
            Guru berbicara dan tugas siswa?
            Subjek
            Mendengar.
            Saya
            Guru membuat peraturan dan tugas siswa?
            Subjek
            Melaksanakan
            Saya
            Guru memilih dan membuat pilihan dan tugas siswa?
            Subjek
            Mematuhinya.
            Saya
            Guru bertindak dan tugas siswa?
            Subjek
            Mengikuti.


*    Filosofi Mengajar

            Saya
            Menurut anda hal-hal apa yang menjadi kekurangan anda dalam mengajar ?
            Subjek 
            Kesabaran. saya kurang sabar kalau melihat ada anak yang lama mengerti
            Saya
            Lalu menurut anda, hal-hal apa yang menjadi kelebihan anda dalam mengajar?
            Subjek
            Saya menguasai materi. Saya senang membuat humor
            Saya
            Baik. Kita lanjut ke pertanyaan berikutnya..

*    Pendekatan dalam mengajar

           Saya
           Apakah anda mengetahui nama-nama siswa dan memanggil nama mereka ?
           Subjek
          Ya khususnya kelas bimbingan saya.
           Saya
           Apakah anda sering bertanya kepada siswa ketika ada yg kesulitan?
           Subjek
           Sering.
           Saya
           Apakah anda sering bersenda gurau ?
           Subjek
           Sering.
Saya 
Apa bentuk apresiasi anda ketika murid anda berprestasi atau bisa menjawab soal yang anda berikan?
            Subjek
            Saya selalu mengapresiasi hal itu dengan pujian.
            Saya
            Apakah anda mengetahui dan memahami perbedaan karakteristik siswa anda ?
            Subjek
            Ya saya selalu berusaha memahami mereka.


BAB III
Pembahasan

            Acuan penulis dalam membuat pedoman wawancara berasal dari setiap bab dari buku pedagogi, andragogi, dan heutagogi karangan Prof.Dr.Sudarwan Danim. Setiap topik yang ingin digali diambil dari satu bab yang dirasa tepat untuk dijadikan acuan. Pertanyataan-pertanyaan  tentang topik pertama yaitu Pandangan guru tentang pendidikan dirangkum dari Bab 9, pertanyaan topik kedua yaitu tentang motivasi yang mendasari pendidik diambil dari bab 16. Pertanyaan topik ketiga yaitu tentang Sudut pandang dalam melihat peserta didik diambil dari bab 8. Pertanyaan topik keempat yaitu tentang filosofi mengajar diambil dari bab 2. Pertanyaan topik kelima yaitu tentang pendekatan dalam mengajar diambil dari bab 1.
          Bab 9 yang menjadi acuan bagi topik pertama berbicara mengenai Pendidikan Humanis. Dalam buku dikatakan bahwa “Setiap tatanan pendidikan yang buruk dan berlangsung lama, pasti menemukan perlawanan. Sistem dan gaya pendidikan yang menindas tidak mungkin berlangsung sepanjang sejarah. Guru dan siswa harus bersama-sama berada dalam koridor humanisasi. Untuk mencapai hal itu guru harus menjadi mitra bagi siswa dalam hubungan antarsesama mereka”. Dari hasil wawancara, penulis menginterpretasi bahwa guru tersebut kurang lebih sudah melakukan pendidikan humanis. Hal itu tampak dari kombinasi jawaban guru tersebut bahwa mendidik bukanlah hanya mendidik tetapi mendidik juga memerlukan pendekatan yaitu dengan mengenal masing-masing anak didik melalui kepribadian, asal-usul serta kondisi sosial nya.
          Bab 3 yang menjadi acuan bagi topik kedua berbicara mengenai Profil guru yang diinginkan. Dalam buku halaman 32 ada karakteristik calon guru yang dikehendaki, beberapa diantaranya adalah poin (i), (n), (t) dimana guru diharapkan memiliki ambisius, harapan tinggi, dan semangat. Jika dilihat dari jawaban guru, guru tersebut sudah memiliki visi dan misi, komitmen serta harapan yang kuat, sehingga hal itu menjadikan motivasi intrinsiknya dalam mengajar menjadi kuat.
          Bab 8 yang menjadi acuan bagi topik ketiga berbicara mengenai pedagogi tertindas dan perbankan pendidikan. Pada halaman 79-80 ada membahas mengenai sikap kontradiksi. Sesungguhnya guru yang baik adalah guru yang memiliki sikap kontradiksi yang minim. Dari hasil wawancara, penulis menginterpretasi bahwa guru masih memegang konsep bahwa dalam proses belajar-mengajar, guru merupakan pemilik otoritas. Jadi, konsep pengajaran masih dalam konsep teacher-centered.
          Bab 2  yang menjadi acuan dalam topik keempat berbicara mengenai mengajar, ahli pedagogi, dan paradigma belajar. Seperti yang kita ketahui bahwa filosofi adalah hal-hal mengenai kebijaksanaan, dasar dasar pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai sesuatu.  Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan. Setiap filosofi individu akan dikembangkan dan akan mempengaruhi prilaku dan sikap individu tersebut. Dari kombinasi jawaban-jawaban guru tersebut dapat dikatakan, guru sudah memiliki filosofi mengajar  yang cukup baik walaupun masih memiliki kekurangan. Guru memberikan kebijaksanaan bahwa ketika dia mulai mengetahui bahwa kekurangannya muncul. Guru tersebut juga memiliki dasar pengetahuan yang baik, dan banyak hal yang memperngaruhi filosofi mengajarnya sehingga menurut penulis guru tersebut memiliki filosofi yang baik dalam mengajar meskipun masih memiliki kekurangan.
          Bab 1 yang menjadi acuan dalam topik kelima berbicara mengenai Seni dan ilmu mengajar. Pada halaman 12 ada tertulis mengenai 5 hal yang dapat dilakukan guru dalam membantu siswa berkembang secara baik. Kelima hal itu adalah; menaruh harapan tinggi pada siswa, menekankan hal positif, ramah dan jujur, berteman baik dengan siswa, tidak menyerah dalam menghadapi perilaku siswanya. Hal-hal tersebut sudah tampak dari jawaban-jawaban guru seputar perilaku mengajarnya. Guru tersebut memberikan humor ketika suasana sudah terlihat tidak kondusif, memberikan apresiasi dengan bentuk pujian, dan juga mencoba memahami siswanya.  


BAB IV
Kesimpulan

Banyak kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil wawancara dan pembahasan diatas, yakni:
    A.  Guru merupakan wali kelas yang cukup baik
    B.   Guru memiliki filosofi mengajar yang cukup baik
  C.  Guru melakukan pendekatan yang baik dengan siswa dengan mencoba memahami perbedaan karakteristik siswanya
    D.  Guru sudah memiliki motivasi intrinsik yang baik dalam mengajar
    E.   Guru mematuhi peraturan seperti tidak boleh terlambat, berpakaian sopan,dll
    F.    Guru sudah melakukan kurang lebih aplikasi dari pendidikan humanis
  G.  Guru memiliki masa kerja dan sertifikasi sehingga dapat dikatakan bahwa guru tersebut sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup matang
   H.  Guru mengetahui hal-hal apa yang menjadi kekurangannya seperti kurang sabar dan dan mencoba menyeimbangkannya dengan humor
    I.     Guru tidak menggunakan konsep student-centered
   J.   Guru kekurangan seni dalam mengajar sehingga cenderung menggunakan strategi lama terus menerus
    K.  Guru memberikan reward yang monoton


BAB V
Testimoni dan Saran

ü  Testimoni
Terus terang saya merasa tugas ini menjadi sebuah tantangan. Saya ingin melihat apa yang bisa saya gali mengenai pendidikan di indonesia. Maka saya mencoba untuk menjadikan setiap bab menjadi acuan saya dalam membuat pedoman wawancara. Saya berterimakasih kepada Dosen pengampu yang banyak memberikan feedback selama proses perkuliahan. Saya mendapat banyak hal dari pedagogi ini, saya mengetahui fenomena apa yang marak terjadi dari laporan ini. Dan saya menjadi mengerti bahwa menjadi pedagogis sejati membutuhkan banyak usaha besar. Saya mengucapkan banyak terimakasih untuk subjek yang bersedia saya wawancara dan kepada semua orang yang membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun laporan ini.

ü  Saran
-Pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan pendidikan 
-Pemerintah harus banyak melakukan training kepada guru
-Guru harus berkoordinasi dalam memperhatikan setiap keluhan siswa 
-Peserta didik harus terlebih dahulu mempunyai minat intrinsik belajar , dll.



BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

           
            Danim, Prof. Dr. Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabet.

Jumat, 12 April 2013


              UTS 2012/2013       

1.   RANCANGAN PROSES PEMBELAJARAN DAN APLIKASINYA
Pada awalnya kami ingin melakukan kegiatan menggosok gigi dan cuci tangan bersama di sebuah TK. Tetapi setelah kami melakukan preliminary research, hasilnya adalah ketidaktersediaan waktu murid-murid dikarenakan ketika pulang sekolah bisanya orangtua murid langsung menjemput, juga kami melihat bahwa tempat tidak memungkinkan untuk mengadakan kegiatan tersebut sehingga kami memutuskan untuk mencari tempat dan kegiatan lain yang memungkinkan.
 Lalu kami mendapat sebuah PAUD yang bernama PAUD NADINE, lalu kami wawancara dengan pimpinan PAUD dan mendapat respons positif. Lalu karena tempat yang kami dapat merupakan sebuah PAUD dan kebetulan mereka akan mengikuti lomba menggambar dan mewarnai maka kami mengadakan kegiatan menggambar dan mewarnai bersama.
Tujuan kami melakukannya adalah untuk melatih sensorik motorik anak, meningkatkan niat berprestasi melalui pemberian reward yang kami sediakan, dan banyak goals lain yang ingin kami capai dari kegiatan ini. berikut merupakan rancangan pembelajaran yang telah kami aplikasikan :
ü  Tahap perkenalan                            
Pada tahap ini kami mencoba untuk melakukan pendekatan. Tahap ini dimulai dengan perkenalan nama kelompok lalu dilanjutkan dengan memanggil nama nama murid berdasarkan absen. Hal itu dilakukan agar kelompok berusaha mengenal mereka lebih dekat dengan mengetahui nama-nama mereka, walaupun tidak dapat menghapal semua secara satu persatu. Tahap ini berlangsung selama 20 menit.
ü  Pembagian kertas gambar                 
Kelompok sudah menyiapkan kertas gambar dan sehari sebelum kegiatan ini dilakukan, kelompok sudah meminta tolong kepada pemimpin Paud tersebut agar memberitahukan murid-murid untuk membawa crayon atau pernsil warna masing-masing. Tahap ini berlangsung selama 30 menit.
ü  Proses menggambar dan mewarnai             
Kelompok mengerjakan tugas masing-masing, dimana saya (Serefhy) bertugas untuk menggambarkan rumah, pohon, jalan, dan mobil di papan tulis. Teman saya (juli & margareth) bertugas untuk memberikan aba-aba mengenai hal apa yang akan dilakukan oleh murid-murid. Murid-murid ditanyai mengenai gambar apakah yang tertera dipapan tulis dan kemudian diminta untuk meniru gambar tersebut, lalu setelah selesai menggambar, maka murid diminta untuk mewarnainya. Proses ini berlangsung selama 30 menit.
ü  Pengumpulan dan pemilihan gambar terbaik        
Setelah proses menggambar dan mewarnai, kelompok mengumpulkan hasil gambar mereka dibantu oleh tim pengajar dari paud tersebut. Setelah itu, kelompok memilih gambar mana yang terbaik dan pantas mendapatkan reward. Satu orang anak bernama Gio terpilih. Gambar yang ia hasilkan out of the box tetapi begitu kreatif, pewarnaan nya juga cukup bagus. Itulah yang menjadi pertimbangan kami memilihnya. Tahap ini berlangsung selama 10 menit.
ü  Pembagian Reward                                     
Kami membagikan reward kepada semua anak berupa chiki dan susu kotak. Hal itu kami berikan sebagai bentuk apresiasi kami atas keantusiasan mereka mengikuti kegiatan ini. Tahap ini berlangsung selama 10 menit
ü  Games                                                        
Pada preliminary research kami mendapatkan informasi dari hasil wawancara kami bahwa murid-murid Paud tersebut berjumlah 60 orang. Tetapi ketika kegiatan tersebut diadakan, murid-murid yang dapat hadir berjumlah sekita 40 orang. Maka reward yang kami siapkan berlebih, dan kami sepakat untuk membuat games dan bagi siapa yang ikut games tersebut mendapatkan reward. Hal ini berlangsung selama 10 menit.
ü  Kata penutup, Foto bersama, Salaman                
Kegiatan kami ditutup dengan kata penutup berupa ucapan terimakasih dan salam perpisahan, lalu dilanjutkan dengan foto bersama sebagai dokumentasi dan dilanjutkan dengan salaman satu persatu dengan guru dan murid.
 
Ulasan atas uraian tersebut
berdasarkan tinjauan pedagogi praktis abad 21
                Pedagogi praktis abad 21 merupakan pedagogi vernakular atau pedagogi praktis. Mengapa dikatakan pedagogi praktis? Karena diharapkan bahwa pedagogi sebagai ilmu teoritis dapat diaplikan secara praktis dalam dunia belajar-mengajar yang nyata.
Bagi pengajar, kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari konsep teoritis. Pada kegiatan yang kami lakukan, sudah kelihatan prinsip nyata pedagogis praktis. Hal itu tampak pada penerapan ‘hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi pedagogis yang baik’. Jadi, hal-hal yang tertulis didalam buku pegangan pedagogi diaplikasikan secara praktis kepada murid-murid dari teori yang telah ada. 
Masalah yang sering dijumpai berkaitan dengan pedagogis sebagai ilmu praktis adalah terjadinya kesenjangan antara teori dan praktek yaitu seringkali pengajar tidak menjadikan teori sebagai pegangan praktis. Sesuai dengan prinsip pedagogis praktis abad 21 adalah pedagogi teoritis merupakan acuan untuk melakukan pedagogis praktis.
Oleh karena itu, kami menggunakan salah satu prinsip terotis mengenai pedagogis berupa ‘cara menjadi pedagogis yang baik’ dan kami mengaplikasikannya dalam kegiatan kami. Salah satu contoh pedagogis praktis yang nyata dalam kegiatan kami adalah kami berusaha menghapal nama-nama murid, karena pedagogis teoritis menyatakan bahwa pengajar yang baik harus berteman baik dengan siswa.
 
2.   HASIL OBSERVASI

Tahap
Objek yang diamati
Hasil observasi
Tahap perkenalan
·         Murid


·         Guru


·         Kelompok
 Duduk, Senyum, tertawa, Mengangkat tangan

Duduk

 
Senyum, suara nyaring, menggerakkan tangan
Pembagian kertas gambar
·         Murid




·         Guru


·         Kelompok
Mengulurkan tangan, tersenyum , tertawa, berjalan, berlari
 
     Tersenyum, tertawa, berjalan


     Tersenyum, tertawa, berjalan

Proses menggambar dan mewarnai
·         Murid



·         Guru

·         Kelompok
Berteriak, tersenyum, menunduk

  Duduk

 Duduk, tersenyum
Pengumpulan dan pemilihan gambar terbaik
·         Murid


·         Guru

·         Kelompok
       Berteriak, berbisik, Tertawa

  Duduk, Berbisik

  Mengerutkan kening, Berbisik, Bersuara
Pembagian Reward      
·         Murid



·         Guru

·         Kelompok
  Mengangkat tangan, berteriak, Lipat tangan



 Duduk

       Berdiri, tersenyum, tertawa
Games
·         Murid



·         Guru

·         Kelompok
     Berdiri, mengeluarkan suara, berlari, tersenyum


Duduk, berbisik

       Berdiri, tersenyum, berbisik
Kata penutup, Foto bersama, Salaman
·         Murid



·         Guru



·         Kelompok
       Duduk, Berdiri, tersenyum, berjabat tangan

      Duduk, Berdiri, tersenyum, berjabat tangan

  

  Duduk, Berdiri, tersenyum, berjabat tangan



Evaluasi berdasarkan tinjauan Pedagogi efektif
                Uraian ini harusnya berkaitan dengan tinjauan dari TIK dan Fenomena kontemporer tetapi mengingat kami mengadakan kegiatan ini pada Pendidikan anak usia dini yang tidak menggunakan TIK maka akan dibahas hanyak dengan Pedagogi efektif dan prinsip-prinsipnya.
Dalam satu periode kelas, guru diharapkan mampu menyapa semua siswa setidaknya sekali, hal tersebut tampak di hasil observasi kami yaitu sapaan kami dijawab oleh para murid dengan jawaban yang baik disertai dengan senyuman. Didalam pedagogi efektif dikatakan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila guru:
Kriteria
Bukti
Menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran
Penyediaan tempat yang luas sehingga memungkinkan siswa bergerak dan berkreasi
Mendorong pemikiran reflektif dan tindakan
Memberikan stimulus berupa gambar untuk mendorong siswa melakukan tindakan bagus yang dituangkan dalam bentuk kreatifitas
Meningkatkan relevansi pembelajaran baru
Memberikan reward berupa makanan yang disukai anak-anak. Karena hal itu jarang dilakukan tim pengajar dan hal itu baikuntuk menimbulkan niat belajar
Memfasilitasi pembelajaran bersama
Menyediakan kertas gambar
Membuat sambungan ke pembelajaran dan pengalaman sebelumnya
Murid—murid diminta untuk menjelaskan gambar apa yang ada dipapan tulis, hal itu dilakukan sebagai upaya me-recall pembelajaran dan pengalaman sebelumnya
Cukup memberikan kesempatan untuk belajar
Waktu yang diberikan cukup efisien dan tidak tergesa-gesa
Menyelidiki hubungan belajar-mengajar
Ketika kelompok merasa ada anak yang kesusahan dalam menggambar atau mewarnai, maka langsung dihampiri. Hal itu merupakan cara membina hubungan belajar-mengajar yang baik.
            Dari tabel tersebut terlihat bahwa hasil observasi sejalan dengan acuan teoritis yang digunakan. Senyuman, tawa, mengangkat tangan, menunduk, semua merupakan bentuk antusiasme yang diberikan oleh para murid karena trik dan seni yang diberikan dalam mengajar sudah cukup baik walaupun pasti saja memiliki kekurangan. Oleh karena itu dari hasil observasi yang diulas dalam tabel dengan menggunakan teori pedagogi efektif dapat disimpulkan menjadi pendekatan pengajaran yang baik dan konsisten menimbulkan dampak positif terhadap aktifitas dan aktivasi niat belajar siswa.
          Dalam pedagogi efektif dikatakan bahwa ada banyak hal yang dapat menunjang pembelajaran. Siswa belajar lebih baik ketika ia merasa diterima, menikmati hubungan positif dengan sesama siswa dan guru, dan ketika mereka dapat menjadi aktif, mereka akhirnya terlibat sebagai anggota masyarakat belajar. Guru yang efektif membina hubungan positif dalam lingkungan yang peduli, inklusif, non-diskriminatif, dan kohesif. Hal itulah yang membuat kami untuk membangun rapport yang dimulai dengan perkenalan.
Mengapa hasil observasi yang didapat cenderung didominasi oleh perlilaku senyum dan tertawa ? Hal itu merupakan ungkapan rasa senang yang dihasilkan dari proses belajar yang menyenangkan. Demikian pula dengan hubungan positif dan tentu saja non-diskriminatif yang kami lakukan. Karena setiap anak mempunyai hak yang sama, maka kami tidak membedakan dari kalangan manakah anak tersebut. Kami sepakat bahwa ketika kegiatan menggambar dan mewarnai berlangsung, kami harus mengobservasi anak manakah yang membutuhkan bantuan, dan kami harus membantunya sampai ia bisa dilepas sendiri.
Salah satu contoh pada saat itu ada anak bernama nadia yang kelihatannya kesulitan untuk menggambar sehingga dia tidak melakukan apa-apa. Lalu saya menghampiri dan bertanya apa kendalanya, lalu saya memegang tangannya dan membantunya untuk mulai menggambar.
           
3.   Pandangan saya tentang pembelajaran pada perkuliahan Paedagogi di F. Psikologi USU semester genap TA. 2012/2013 berdasarkan tinjauan Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis


Proses pedagogis telah menjadi fokus dari beberapa refleksi teoritis. Danilov (1978) mendefiniskan istilah pedagogis sebagai proses interaksi terus-menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Hal tersebut lalu tampak dalam proses pembelajaran yang terjadi selama proses perkuliahan. Dalam proses tersebut, hubungan aktif dan sosial yang dibangun antara dosen dan mahasiswa melahirkan pengaruh timbal balik mereka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Hal-hal seperti energizer, feedback yang diberikan dosen pengampu menjadi sebuah daya tarik untuk menimbulkan minat belajar. Bahkan pedagogis teoritis telah nampak aplikasinya menjadi pedagogis praktis dalam proses perkuliahan, tetapi menurut saya kekurangan ada pada pihak mahasiswa. Mahasiswa perkuliahan Paedagogi semester genap TA. 2012/2013 kurang antusias, ya mungkin dikarenakan dengan minat dan niat individu yang berbeda-beda sewaktu mengambil mata kuliah ini. Tetapi saya pribadi merasa tidak menyesal untuk mengambil mata kuliah ini karena selain saya menyukai anak-anak, saya pun menyukai sistem belajar mata kuliah ini.
Menurut Addine (2001), ada beberapa prinsip prinsip pedagogis yaitu 1) kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses pedagogis, 2) kombinasi karakter kolektif dan individual pendidikan, 3) serta penghormatan terhadap kepribadian siswa, kesatuan pengajaran, 4) domain kognitif dan afektif tidak berada dalam suasana kering, 5) subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.
Mungkin kesulitan yang sering dialami oleh para pendidik adalah ketika berkaitan dengan kepribadian, hal itu dikarenakan memerlukan banyak waktu untuk mengenal pribadi setiap siswa. Hal itu juga tampak pada proses perkuliahan bahwa kemungkinan dosen pengampu tidak mengenal secara baik pribadi setiap mahasiswa, tetapi hal itu merupakan hal lumrah karena mengenal pribadi dan mencocokkannya dengan seni mengajar yang tepat sulit dilakukan mengingat efisiensi waktu dalam mengenal satu persatu pribadi.

       

REFERENSI : Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta